Bayangkan sebuah perpustakaan berjalan yang bukan hanya membawa buku fisik, tapi juga menghadirkan pengalaman virtual reality (VR). Inovasi ini lahir dalam bentuk mobil perpustakaan VR.
Mobil ini dilengkapi headset VR, server digital, dan ribuan koleksi konten edukasi interaktif. Anak-anak bisa masuk ke mobil ini dan “berjalan” ke piramida Mesir, laboratorium sains, atau bahkan menjelajah luar angkasa.
Keunggulannya adalah akses pendidikan merata. Daerah terpencil yang tidak memiliki perpustakaan fisik bisa menikmati pengalaman belajar modern hanya dengan kedatangan mobil ini.
Beberapa proyek percontohan sudah dilakukan di Eropa dan Asia, bekerja sama antara lembaga pendidikan, perusahaan teknologi, dan pemerintah lokal.
Namun, tantangan ada pada biaya operasional tinggi, terutama perawatan perangkat VR yang rentan rusak jika sering digunakan.
Selain itu, dibutuhkan tenaga pendamping terlatih untuk memandu anak-anak agar pengalaman belajar tetap aman dan efektif.
Meski demikian, mobil perpustakaan VR membuka era baru pendidikan inklusif. Belajar tidak lagi terbatas pada buku atau ruang kelas, tetapi bisa hadir di mana saja.
Jika konsep ini berkembang, dunia pendidikan bisa mengalami lompatan besar—menjadikan setiap perjalanan perpustakaan keliling sebagai pintu gerbang menuju masa depan digital.