Salah satu mitos terbesar di dunia otomotif adalah “mobil Eropa mahal perawatannya, mobil Jepang murah”. Mitos ini seringkali menjadi penentu utama seseorang saat membeli mobil. Namun, apakah hal ini masih relevan di era modern? Artikel ini akan membedah secara adil biaya kepemilikan mobil Jepang vs. Eropa setelah masa garansi habis (di atas 5 tahun).
Kita akan membandingkan dua sedan eksekutif populer dengan tahun dan kelas yang setara, satu dari merek Jepang (misal: Toyota Camry) dan satu dari merek Jerman (misal: Mercedes-Benz C-Class). Perbandingan ini mencakup biaya servis rutin (ganti oli, filter), spare part fast-moving (kampas rem, busi), dan ketersediaan suku cadang aftermarket.
Memang benar, harga suku cadang orisinal mobil Eropa per-item cenderung lebih mahal. Namun, teknologi modern membuat interval servis mobil Eropa kini jauh lebih panjang. Jika mobil Jepang butuh ganti oli setiap 5.000-10.000 km, banyak mobil Eropa modern bisa mencapai 15.000-20.000 km, sehingga dalam setahun, frekuensi ke bengkel bisa jadi lebih sedikit.
Tantangan terbesar mobil Eropa adalah komponen slow-moving dan kelistrikan yang kompleks. Jika terjadi kerusakan pada modul elektronik (ECU) atau sensor canggih, biayanya bisa sangat tinggi. Di sisi lain, mobil Jepang unggul dalam kesederhanaan dan keandalan mekanis, serta ketersediaan suku cadang KW (replika) atau copotan yang melimpah dan murah.
Kesimpulannya, mitos itu tidak sepenuhnya salah, tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Membeli mobil Jepang memberikan ‘ketenangan pikiran’ karena biaya perawatan yang lebih terprediksi dan murah. Membeli mobil Eropa membutuhkan ‘komitmen finansial’ dan dana darurat yang lebih besar, namun seringkali terbayar dengan teknologi dan kenyamanan berkendara yang superior

