Industri mode, yang dulu identik dengan desainer, peragaan busana, dan butik fisik, kini sedang diganggu secara masif oleh teknologi. Artikel ini akan mengulas perpaduan antara fashion dan tech (Fashion Tech) yang mengubah cara kita menemukan, mencoba, dan membeli pakaian.
Inovasi pertama adalah pada pengalaman berbelanja. Kita akan membahas teknologi seperti virtual try-on (coba baju virtual) menggunakan Augmented Reality (AR) di smartphone. Pelanggan bisa “mencoba” sepasang sepatu kets baru atau warna lipstik hanya dengan mengarahkan kamera ke kaki atau wajah mereka.
Inovasi kedua adalah personalisasi yang didorong oleh AI. Platform e-commerce kini tidak hanya menampilkan barang. Mereka menggunakan algoritma canggih untuk menjadi stylist pribadi, menganalisis riwayat pembelian dan pencarian Anda untuk merekomendasikan gaya yang dipersonalisasi.
Di balik layar, AI juga mengubah rantai pasok. Perusahaan fast-fashion seperti Shein menggunakan AI untuk menganalisis tren di media sosial (seperti TikTok) secara real-time, lalu mengirimkan desain itu ke pabrik untuk diproduksi dalam hitungan hari, bukan bulan.
Artikel ini akan menganalisis dampak baik dan buruk dari tren ini. Di satu sisi, fashion menjadi lebih mudah diakses dan personal. Di sisi lain, ini mempercepat siklus fast-fashion, yang memiliki dampak lingkungan sangat besar akibat limbah tekstil.

